Kamis, 16 April 2009
ASPRESIASI FILM LASKAR PELANGI
Film Laskar Pelangi hadir meramaikan dunia perfilman kita. Sebagaimana judulnya, film ini diangkat dari novel yang sangat terkenal yaitu “Laskar Pelangi” karya emas anak bangsa Andrea Hirata. Banyak orang yang memberikan apresiasi luar biasa atas film ini karena sarat dengan pesan moral akan pentingnya budi pekerti dan semangat kerja keras meskipun hidup serba kekurangan. Kehadiran film Laskar Pelangi tidak saja dikonsumsi masyarakat biasa, kini menjadi sebuah wacana dan buah bibir para tokoh, terutama para tokoh politik. Rizal Malarangeng salah satunya, tokoh politik di Indonesia ini turut angkat bicara. Rizal Malarangeng yang hadir dalam sebuah dialog nasional bertemakan 'Mengembangkan Hakikat Sumpah Pemuda Dalam Agenda Membangun Bangsa' yang dihadiri Prof. Amien Rais pada Sabtu, 18 Oktober 2008 di kampus Universitas Negeri Medan (UNIMED) saat diajukan pertanyaan tentang dunia pendidikan oleh sekretaris senat mahasiswa UNIMED. Bung Rizal juga mengatakan bahwa film LASKAR PELANGI merupakan salah satu film terbaik selama 30 tahun terakhir ini. Tidak banyak produksi-produksi film dan sinetron di Indonesia menyuguhkan kehidupan realitas masyarakat yang sesungguhnya seperti film Laskar Pelangi. Atau setidaknya menyuguhkan film-film sarat makna dan nilai-nilai sehingga membangun karakter pencerahan bagi yang menontonnya. Kecenderungan film-film atau sinetron Indonesia kini adalah yang menunjukkan gaya hidup mewah, tidak mendekati nilai-nilai realitas kehidupan bahkan menanggalkan akal sehat dalam kecendrungan film-film hantu, mistik dan keangkeran. Sejatinya, fungsi film harus memuat tiga hal, pertama, fungsi pendidikan. Produksi film kita masih belum memuat prosentase pendidikan. Masih berkutat pada aspek fiksi yang kadang tidak ilmiah atau masuk akal. Kedua, berfungsi sebagai informasi. Dalam menyampaikan informasi, film harus merujuk pada sumber-sumber informasi yang valid dan dipercaya. Jangan sampai memberikan informasi yang tidak valid, karena ini akan menimbulkan keresahan masyarakat. Sedangkan fungsi yang ketiga adalah sebagai hiburan. Fungsi ini kadang lebih mendominasi dibanding dengan fungsi lain. Orientasi ini karena produser film cenderung ingin mendapatkan keuntungan material belaka ketimbang mengedepankan aspek idealisme yang menjunjung tinggi tujuan pendidikan, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagian besar film dan sinetron kita masih belum menampakkan ciri dan pola film Indonesia yang mengedepankan aspek moralitas dan agama. Padahal kita adalah bangsa yang beragama. Banyak sekali produksi film religi namun tidak menggunakan mekanisme atau aturan sebagaimana agama mengatur. Contohnya, pembuatan film religi, ada adegan berpelukan atau berciuman, padahal dalam kenyataan aktor dan aktris tersebut bukan muhrimnya. Walaupun tuntutan skenario atau yang lain harusnya kita bisa membuat alternatif agar tidak terjadi demikian. Performa film yang demikian menimbulkan keresahan para pemerhati film dan masyarakat luas. Indikasi ini muncul karena tuntutan masyarakat yang semakin cerdas. Hal ini belum semuanya dibaca oleh para pembuat dan pelaku film. Yang akhirnya mau tidak mau masyarakat dicekoki film dan sinetron yang tampil seperti sekarang ini.


Mengajar Dengan Hati
Secara umum, meski belum dapat memvisualkan “Laskar Pelangi” secara utuh dan menghidupkan karakter tokoh-tokohnya selengkap novelnya, namun film ini telah berhasil menyampaikan sejumlah pesan moral dan etika pendidikan. Film ini juga menempatkan Ikal sebagai tokoh utama, namun sulit bagi kita melupakan karakter Lintang yang cerdas-bersahaja dan Bunda Guru Muslimah yang ikhlas-sabar-gigih-tegar. Lintang seorang anak nelayan yang selalu ingin datang lebih pagi dengan hanya mengayuh sepeda yang sering putus rantainya ke sekolah sejauh 80 kilometer dan melewati sungai yang banyak buayanya namun tetap semangat untuk mencari ilmu dari sekolah yang hampir roboh. Namun sayang, impian Lintang yang ingin seperti temannya Ikal (Andrea Hirata) yang mendapat beasiswa dan sekolah di Sorbonne Perancis tidak kesampaian karena harus menghidupi adik-adiknya setelah ditinggal “pergi” ayahnya.
Ibu guru Muslimah juga merupakan sosok yang mewarnai kisah setiap tokoh Laskar Pelangi. Sosok ibu guru ini mencuri hati kita sejak awal, bagaimana ibu guru yang sabar ini sedang cemas menantikan murid-murid baru yang mendaftar di sekolahnya. Kisah selanjutnya yang menceritakan bagaimana dedikasi beliau dalam mengajar, dengan pendidikan yang terbatas namun beliau tidak pernah berhenti untuk mencerdaskan kehidupan anak-anak miskin di Belitong. Tanpa balasan yang sesuai dengan pengabdiannya, beliau tidak pernah berhenti mengajar. Satu bukti bahwa beliau mengajar dengan penuh cinta. Semakin tegas kita melihat cinta Ibunda Guru ini tidak hanya pada profesinya namun juga pada anak-anaknya. Bagaimana dalam setiap perjuangan anak-anaknya, Ibunda Guru selalu mendampingi mereka tidak hanya secara fisik namun juga dengan doa. Ibunda Guru ini juga selalu memberikan kesempatan pada setiap muridnya untuk berkembang dengan kelebihan dan keterbatasan mereka. Di kala begitu banyak orang menyebut diri seorang pendidik dan pembela hak-hak anak termasuk hak pendidikan, ibu guru Muslimah berkarya dalam diam, Ibunda Guru memberikan kepada murid-muridnya tidak hanya ilmu, waktu, tenaga namun juga cinta yang begitu besar. Di kala begitu banyak orang yang mengaku dirinya pejuang hak-hak anak, di kala begitu banyak orang yang mendiskusikan, membicarakan, dan melakukan pelatihan tentang hak anak; ibunda guru telah memberikan pemenuhan semua hak tersebut pada anak-anak didiknya. Di kala begitu banyak orang yang mengaku diri pejuang pendidikan anak, berlomba-lomba mengejar begitu banyak penghargaan, melalui tulisan, melalui kata, melalui berbagai pelatihan dan ‘karya’, ibunda guru dengan rendah hati menyatakan dirinya hanya seorang guru desa biasa, yang tidak mempunyai kelebihan dan bukan dia yang pintar namun yang pintar adalah muridnya. Bagi seorang guru sejati, penghargaan yang sebenarnya adalah keberhasilan anak-anak didiknya.


Penutup
Film Laskar Pelangi telah menggugah sekian banyak orang dengan cara yang luar biasa; membuat penontonnya terbawa tidak hanya kepada ‘keindahan’ alam Belitong, namun juga hanyut dalam pribadi masing-masing tokoh yang diceritakan dalam film tersebut. Sebenarnya, kekuatan pada film itu adalah cinta murid kepada gurunya. Presiden SBY yang telah menonton filmnya secara lisan mengatakan bahwa film Laskar Pelangi merupakan karya seni yang sangat hebat. Beliau juga mengatakan film Laskar Pelangi membangkitkan semangat dan karakter bangsa yang ingin maju. Menunjukkan karakter dan semangat anak-anak Indonesia yang gigih, berjuang merebut masa depannya. Semoga film Laskar Pelangi dapat menjadi stimulant anak bangsa dalam menyongsong masa depan.

PENULIS ADALAH MURID DARI SMK PARULIAN 1 MEDAN JURUSAN TI ( TEKNIK INFORMATIKA ),PENGGERAK SOSPOL PARTAI PAHIMA DAN ANGGOTA D’COMTIS
posted by Antonius Sihaloho @ Kamis, April 16, 2009  
0 Comments:

Posting Komentar

COmennt aq dunks

<< Home
 
 
About Me
Foto Saya
Nama:
Lokasi: Medan, Medan/Sumatera Utara, Indonesia

Realistis itulah kehidupan.. Yang berarti berani ,jujur, dan menerima apa adanya..,

Archives
Archives
Sidebar Section
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam.
Sidebar Section

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam.

Links
Free Blogger Templates Free blogger Templates